Ada
empat hal penghambat rezeki:)
1.
Tidur Pagi
Kenapa
sampai tidur pagi bisa jadi penghambat datangnya rezeki?, Karena waktu
pagi adalah waktu penuh berkah. Dari sahabat Shakhr Al-Ghamidiy radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, اللَّهُمَّ بَارِكْ
لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya
Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ
فَهُوَ فِى ذِمَّةِ اللَّهِ فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ
بِشَىْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa
yang shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah
menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak,
Allah akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka
jahannam.” (HR. Muslim, no. 657)
2. Sedikit sholat
Sedikit
shalat berarti kurang ketakwaan, padahal takwa itulah pembuka pintu rezeki.
Allah berfirman dalam ayat,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ
اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
“Barang
siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
Barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi segala sesuatu.” (QS.
Ath-Thalaq: 2-3)
3. Bermalasa-malasan dalam
bekerja.
Bermalas-malasan
juga jadi sebab rezeki sulit datang. Karena seorang muslim dituntut kerja dan
tawakkal pada Allah. Contohilah burung seperti yang disebutkan dalam hadits
berikut.
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ
تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ
الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya
kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki
sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar
dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, no. 2344;
Ibnu Majah, no. 4164;
Imam Ahmad
pernah ditanya mengenai seseorang yang cuma mau duduk-duduk saja di rumahnya
atau hanya berdiam di masjid, dan ia berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikit
pun dan hanya mau menunggu sampai rezekiku datang.” Imam Ahmad pun berkata,
“Orang ini benar-benar bodoh. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda – sebagaimana hadits burung di atas – bahwa burung saja bekerja dengan
berangkat pada pagi hari. Para sahabat Nabi yang mulia pun berdagang dan bekerja
dengan hasil kurma mereka. Merekalah sebaik-baik teladan.” (Fath Al-Bari,
11:306). Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ
الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ
أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفً
“Tidaklah
para hamba berpagi hari di dalamnya melainkan ada dua malaikat yang turun,
salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang senang
berinfak.” Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang
yang pelit.” (HR. Bukhari, no. 1442 dan Muslim, no. 1010).
4.Tidak Amanah
Tidak
amanah, ini juga jadi sebab orang sulit percaya. Kalau yang lain sulit percaya,
bagaimana ia mudah mendapatkan pekerjaan, mendapatkan tanggungjawab sehingga
mendapatkan rezeki dengan mudah. Ketahuilah bahwa orang yang
berkhianat terhadap amanat pun menyandang salah satu sifat munafik. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ
ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ
خَانَ
“Tiga
tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan
ketika diberi amanat, maka ia ingkar.” (HR. Bukhari, no. 33 dan Muslim, no.
59).
Termasuk di
sini pula adalah tidak amanah dalam melunasi utang. Ingatlah bahwa utang akan
menyusahkan seseorang di akhirat kelak. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ
دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ
دِرْهَمٌ
“Barangsiapa
yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka
hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena
di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah, no.
2414. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
0 Komentar